Review
Film Religi Ketika Mas Gagah Pergi
Ketika Mas Gagah Pergi merupakan sebuah film
yang dibangun dari sebuah buku kumpulan cerpen karya bunda Helvy Tiana Rossa
ini sangatlah menginspirasi. Film ini sangat cocok ditonton oleh berbagai
kalangan dari yang tua, muda, remaja, dan anak-anak. Begitu banyak pesan moral
dan akhlak baik yang patut ditiru dan dicontoh, terutama bagi saya sendiri yang
sekarang masih berstatus sebagai mahasiswi dari Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin dan juga sebagai seorang kakak dari adik saya yang sekarang masih
berusia 8 tahun. Bagi saya, Film Ketika Mas Gagah Pergi ini sangatlah memberi
contoh bagaimana menjadi seorang remaja atau anak muda yang awalnya menyukai
gemerlapnya dunia hiburan dan sempat berkecimpung di dunia model dan akhirnya
memiliki perubahan yang sangat drastis dan tak terduga. Begitulah kasih sayang
Allah, hamba-hamba yang Allah cintai tidak akan selamanya berada pada jalan
yang salah. Pintu hidayah akan Allah berikan kepada siapa saja, jika sudah waktunya
pasti ada jalannya. Entah bagaimana caranya karena itulah skenario Allah memang
sangat indah. Seperti dalam cerita Film KMGP ini, ketika mas Gagah
menyelesaikan tugas kuliahnya kurang lebih dua bulan di Ternate dia mendapat
musibah dan dibalik musibah itu ada hikmah yang Allah berikan kepadanya yaitu
sebuah pertemuan mas Gagah dengan seorang kiyai Gufran. Beliaulah yang
mengajarkan berbagai macam ilmu agama dan pengertian tentang indahnya islam
kepada mas Gagah hingga akhirnya mas gagah kembali ke Jakarta dengan perubahan
total yang sangat tidak di kenal oleh adiknya Gita. Mas gagah dan Gita adalah
saudara yang sangat dekat dan akrab, mereka saling menjaga dan saling
menyayangi. Bagi gita mas gagahnya itu segalanya buat dia bahkan dia tidak
ingin ditinggal sebentar pun oleh mas gagah. Akan tetapi, setelah melihat
segala perubahan yang ada pada diri mas gagah dari cara berpakaiannya (yang
dulunya gaul dan keren berubah menjadi pakaian muslim), cara bicaranya,
pergaulannya dan selera musiknya pun juga berubah. Perubahan mas gagah ini
tidak dapat Gita terima dengan begitu saja, begitu banyak pertanyaan dalam
benaknya yang hingga membuat rasa sayangnya kepada mas gagah berubah menjadi
rasa benci pada kakak kandungnya sendiri.
Perubahan mas gagah tersebut tidak hanya
disadari oleh adiknya. Teman-teman dikampusnya yang dulu bersamanya suka dengan
dunia hiburan mulai menyadari perubahan pada diri mas gagah dari sifat dan gaya
pakaiannya. Kini mas gagah bergaul dengan teman-teman rohisnya yang sering mengaji
dan berbagi ilmu bersama kadang juga mengaji bersama di rumah mas gagah.
Kebetulan pada malam itu teman perempuan di dunia model dulu datang ke rumah
mas gagah dengan niatan ingin mengajak mas gagah untuk bekerja kembali di dunia
model. Gita mencoba menjelaskan dengan temannya mas gagah bahwa mas Gagah
sekarang bukanlah mas Gagah yang dulu. Tetapi temannya mas Gagah tidak percaya,
kemudian Gita memanggil mas Gagah yang sedang berada di kamarnya. Gita kaget,
ternyata kamar mas Gagah punya peraturan baru yaitu di depan pintunya
bertuliskan “Sebelum masuk ketuk pintu dan ucapkan Salam”. Gita pun melakukan
seperti kalimat perintah itu dan menyampaikan bahwa ada teman perempuannya mas
gagah dulu sedang menunggu di ruang tamu. Mas gagah pun menemuinya dan bertanya
sekedarnya saja. Saat teman perempuan mas gagah mengulurkan tangannya untuk
berjabat tangan dengannya, mas gagah dengan segera menyatukan kedua tangannya
kedada seraya memberikan penghormatan atas ajakan berjabat tangan. Gita dan
teman perempuan mas Gagah tersebut merasa bingung dan akhirnya dia percaya
dengan perkataan Gita bahwa mas Gagah yang dulu telah berubah. Beberapa menit
kemudian teman-teman mas Gagah datang ke rumah dengan tujuan mengaji bersama.
Kemudian mas Gagah minta izin dengan ibu dan teman perempuannya itu untuk
mengaji bersama dengan teman-temannya. Karena penasaran Gita menyusul mas Gagah
dan bertanya kenapa dia tidak menerima ajakan teman perempuannya itu untuk
berjabat tangan dengannya. Sebelum mas Gagah menjawab Gita tetap nyerocos dan
protes dengan berbagai argumen yang dia miliki, dia banding-bandingkan dengan
ustadz yang berada didekat rumahnya yang tidak menolak jika berjabat tangan
dengan perempuan lain contohnya mamah kata Gita. Mas gagah pun mengajak Gita ke
kamarnya dan mengambilkan sebuah buku tebal dan menyuruh Gita membaca isi buku
tersebut yang berbunyi, “Demi Allah, Demi Allah, Demi Allah, beliau sama sekali
tidak pernah menyentuh tangan seorang wanita pun. Beliau hanya membaiat para
wanita dengan ucapan beliau. ‘Aisyah berkata, “Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam tidaklah pernah menyentuh wanita sama sekali sebagaimana yang Allah
perintahkan. Tangan beliau tidaklah pernah menyentuh tangan mereka. Ketika
baiat, beliau hanya membaiat melalui ucapan dengan berkata, “Aku telah membaiat
kalian.” (HR. Muslim no. 1866). Kemudian mas gagah menjelaskan bahwa
sebaik-baik teladan yang kita contoh adalah Rasulullah saw, sedangkan ustadz
kan juga masih manusia yang tidak terlepas dari khilaf dan salah.
Hari-hari Gita kini terasa sangat sepi karena
mas gagahnya dulu yang sangat seru diajak ngobrol dan bercanda ria kini lebih
sering duduk dan bersantai dengan sebuah buku bacaan tentang agama islam yang
berukuran tebal. Walaupun terjadi perubahan pada diri mas gagah sebenarnya mas
gagah sangatlah sayang dengan adik satu-satunya itu. Akan tetapi Gita sebagai
adik yang sangat dekat dan akrab dengan mas Gagahnya itu tetap saja dia tidak
menerima perubahan itu. Gita ingin tahu apa alasan mas Gagah sehingga bisa
berubah drastis begitu. Akhirnya Gita memutuskan untuk pergi sekolah naik bus
saja, dia tidak ingin diantar jemput oleh mas Gagahnya. Pengalaman pertama Gita
naik bus, tiba-tiba ada seorang laki-laki muda yang naik dan memberikan salam
kepada semua penumpang bus, setelah itu dia memberikan tausyiah. Begitu banyak
para penumpang yang mencela perbuatan dakwah laki-laki itu dan termasuk Gita
sendiri pernah mencelanya. Akhirnya tausyiahnya selesai dan dia mengakhirinya
sengan salam dan ucapan terimakasih atas perhatian para penumpang bus. Banyak
penumpang ingin memberikan uang kecilnya kepada si pemuda itu tetapi dia
tidaklah mengharapkan uang tersebut, dia hanya meminta supir meminggirkan
busnya, kemudian dia turun dari bus itu. Gita merasa heran dengan perbuatan
pemuda itu dan dia berpikir pemuda itu ketularan sifatnya mas Gagah sekarang.
Keesokan harinya, saat pergi ke sekolah Gita
naik bus lagi. Ternyata dia bertemu dengan pemuda itu lagi. Pemuda itu hanya
bertausyiah ringan, menyindir dengan bahasa halus tetapi mengena di hati. Gita
tidak sadar bahwa saat itu dia duduk bersebelahan dengan seorang pencopet, saat
dia lengah pencopet itu mengambil handphone Gita yang berada di atas
pangkuannya. Tetapi syukurnya handphone Gita berhasil diselamatkan karena si
pemuda itu melihat dan memberitahu kepada para penumpang bus itu. Setelah itu
si pencopet diadili saat itu juga. Ada rasa senang dan bersalah dalam hati Gita
kepada si pemuda yang suka bertausyiah itu, tetapi dia tidak bisa berkata apa
bahkan ucapan terimakasih pun belum sempat dia ucapkan. Gita merasa tidak
tenang dan menceritakan tentang pemuda itu dengan sahabat-sahabatnya, tetapi
dia hanya menceritakan sekedarnya saja karena Gita sendiri tidak tahu siapa
nama pemuda itu. Besok harinya Gita bertemu pemuda itu lagi di dalam bus, dia
mengamati setelah selesai tausyiah apa saja yang dilakukan pemuda itu. Tausyiah
dalam bus itu pun berakhir dan seperti biasa dia meminta supir untuk meminggir
dan menghentikan busnya. Dengan segera Gita turun dari pintu yang satunya untuk
menyusul pemuda itu. Tetapi kelihatannya pemuda itu sangat terbur-buru. Gita
memanggilnya mengucapkan terima kasih dan pemuda itu menerimanya. Tiba-tiba bus
melintas di depan mereka berdua, pemuda itu menghentikannya. Gita belum sempat
bertanya siapa namanya, sambil berteriak dia bertanya dan pemuda itu juga
menjawabnya sambil berteriak sehingga nama yang disebutkan pemuda itu
sebenarnya Yudistira atau panggilannya Yudi, Gita justru mendengarnya bukan
itu, dia mendengarnya Fisabilillah. Entah angin apa yang membisikkan telinga
Gita sehingga pendengarannya berbeda jauh dengan apa yang Yudi ucapkan. Setiba
di sekolah Gita menceritakan dengan sahabat-sahabatnya bahwa pemuda yang sering
bertausyiah itu adalah mas Fisabilillah. Sahabatnya pun tertawa terbahak-bahak
karena mendengar nama yang unik yang Gita sebutkan. Diam-diam, sebelum tidur
Gita mencari arti kata Fisabilillah di Google dan hasilnya justru foto-foto
orang arab yang keluar. Tiba-tiba ibunya masuk, Gita kaget dan langsung menutup
laptopnya dengan perasaan malu-malu.
Nah, dari sikap Gita apakah pintu hidayah
yang mas Gagah harapkan sekarang sudah menyentuh hatinya? Di sekolah dia
bertemu dengan salah satu sahabat dekatnya dulu yang pernah menjadi tempat
curhatnya Gita saat awal perubahan mas Gagah. Sahabatnya itu kini telah
berhijab dan mulai menasihati dirinya. Gita kini benar-benar dilema karena
banyak orang terdekatnya mengalami perubahan. Ibu kandungnya pun kini sudah
tersentuh hatinya saat dia ikut mas Gagah mengunjungi sebuah lingkungan kumuh
tetapi mas Gagah dan teman-temannya berhasil membantu para preman pensiun itu
membangun sebuah rumah taman belajar yang diberi nama “Rumah Cinta”. Disanalah
ibunya Gita dan mas Gagah merasa terharu dan dia bertemu seorang ibu yang
memberikannya sehelai jilbab. Hidayah Allah kini telah menjumpai ibu kandungnya
mas Gagah dan Gita untuk berhijab. Dari pengakuan sang ibu apakah hati Gita
juga tergugah untuk berhijab?
Gita kini telah berusia 17 tahun. Mas Gagah
ingin memberikannya hadiah kejutan. Demi membujuk agar adiknya mau ikut jalan
berduanya, mas Gagah berpakaian gaul kembali. Mas gagah ingin mengajaknya
kesebuah pesta, Gita berpikir pesta tersebut seperti tempat hiburan dulu yang
sering mereka kunjungi tetapi setiba di tempat tujuan ternyata itu merpakan
pesta pernikahan. Gita merasa malu dan risih karena posisi laki-laki dan
perempuan terpisah. Semua undangan yang hadir menggunakan pakaian muslim dan
berhijab, Gita merasa dirinya seperti orang asing yang salah masuk ruangan.
Berkali-kali dia merintih dan memohon dengan sangat agar mas Gagah mau diajak
pulang, tetapi mas Gagah tidak mau. Gita pun masuk ruangan, dia mengamati semua
orang yang ada disekitarnya, tanpa
sengaja dia menemukan sosok laki-laki yang dikenalnya yaitu mas Fisabilillah.
Dibalik tirai pembatas antara laki-laki dan perempuan, diam-diam Gita
mendengarkan pembicaraan mas Fisabilillah (Yudi) dengan seorang kiyai. Setelah
menyimak, Gita baru tahu bahwa nama mas Fisabilillah itu adalah Yudi dan dia
merupakan anak seorang kiyai yang juga memiliki sebuah perusahaan. Selama ini
dalam benak Gita, Yudi hanyalah seorang pemuda yang nganggur tetapi ternyata
dia memiliki sebuah perusahaan dan ayahnya menyerahkan perusahaan itu
kepadanya. Gita merasa mendapatkan sebuah pengalaman baru dari seorang Yudi
yang sangat sederhana dan dengan ikhlas berdakwah tetapi ternyata dia termasuk orang
yang kaya. Tetapi karena rasa kesalnya dengan mas Gagahnya Gita menghiraukan
masalah Yudi, Gita melewati tirai pembatas itu dengan tujuan ingin bicara dengan
mas Gagah tetapi perbuatannya itu memicu keributan diacara itu sehingga membuat
mas Gagah merasa malu. Lantas dengan rasa marah dan kesal mas Gagah langsung
mengajak adiknya untuk pulang ke rumah. Gita pun juga sangat kesal dengan mas
Gagah. Keesokan harinya Gita dan Mas Gagah saling diam tanpa menyapa. Mas Gagah
mengirimkan sms kepada Gita untuk meminta maaf. Berhubung perasaan Gita masih
tidak karuan, sms tersebut dibiarkan saja. Melihat keadaan adiknya yang masih
kesal dan menyendiri di depan kolam. Mas Gagah membiarkan adiknya untuk tenang
dulu.
Kesuksesan “Rumah Cinta” yang dibangun oleh
mas Gagah dan teman-temannya bersama dengan preman pensiun itu semakin ramai
dan seru. Kebahagiaan terpancar pada wajah anak-anak, akan tetapi dari sebuah
kesuksesan dan kebahagian tak selamanya disenangi orang. Preman kampung sebelah
mulai mengancam untuk membakar “Rumah Cinta” tersebut. Lantas, Bagaimana
perjuangan mas Gagah, teman-temannya dan para preman pensiun itu menghadapi
ancaman dari amarah preman kampung sebelah? Apa yang terjadi dengan mas Gagah?
dan Apakah Gita akan mendapatkan hidayah Allah untuk menggunakan hijab?. Untuk
menjawab semua pertanyaan tersebut yuk kita saksikan Film KMGP 2 di Bioskop
kesayangan Anda.
Bioskop XXI Duta Mall Banjarmasin |