Rabu, 03 Februari 2016

Review Film Religi KMGP



Review Film Religi Ketika Mas Gagah Pergi

Ketika Mas Gagah Pergi merupakan sebuah film yang dibangun dari sebuah buku kumpulan cerpen karya bunda Helvy Tiana Rossa ini sangatlah menginspirasi. Film ini sangat cocok ditonton oleh berbagai kalangan dari yang tua, muda, remaja, dan anak-anak. Begitu banyak pesan moral dan akhlak baik yang patut ditiru dan dicontoh, terutama bagi saya sendiri yang sekarang masih berstatus sebagai mahasiswi dari Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin dan juga sebagai seorang kakak dari adik saya yang sekarang masih berusia 8 tahun. Bagi saya, Film Ketika Mas Gagah Pergi ini sangatlah memberi contoh bagaimana menjadi seorang remaja atau anak muda yang awalnya menyukai gemerlapnya dunia hiburan dan sempat berkecimpung di dunia model dan akhirnya memiliki perubahan yang sangat drastis dan tak terduga. Begitulah kasih sayang Allah, hamba-hamba yang Allah cintai tidak akan selamanya berada pada jalan yang salah. Pintu hidayah akan Allah berikan kepada siapa saja, jika sudah waktunya pasti ada jalannya. Entah bagaimana caranya karena itulah skenario Allah memang sangat indah. Seperti dalam cerita Film KMGP ini, ketika mas Gagah menyelesaikan tugas kuliahnya kurang lebih dua bulan di Ternate dia mendapat musibah dan dibalik musibah itu ada hikmah yang Allah berikan kepadanya yaitu sebuah pertemuan mas Gagah dengan seorang kiyai Gufran. Beliaulah yang mengajarkan berbagai macam ilmu agama dan pengertian tentang indahnya islam kepada mas Gagah hingga akhirnya mas gagah kembali ke Jakarta dengan perubahan total yang sangat tidak di kenal oleh adiknya Gita. Mas gagah dan Gita adalah saudara yang sangat dekat dan akrab, mereka saling menjaga dan saling menyayangi. Bagi gita mas gagahnya itu segalanya buat dia bahkan dia tidak ingin ditinggal sebentar pun oleh mas gagah. Akan tetapi, setelah melihat segala perubahan yang ada pada diri mas gagah dari cara berpakaiannya (yang dulunya gaul dan keren berubah menjadi pakaian muslim), cara bicaranya, pergaulannya dan selera musiknya pun juga berubah. Perubahan mas gagah ini tidak dapat Gita terima dengan begitu saja, begitu banyak pertanyaan dalam benaknya yang hingga membuat rasa sayangnya kepada mas gagah berubah menjadi rasa benci pada kakak kandungnya sendiri.
Perubahan mas gagah tersebut tidak hanya disadari oleh adiknya. Teman-teman dikampusnya yang dulu bersamanya suka dengan dunia hiburan mulai menyadari perubahan pada diri mas gagah dari sifat dan gaya pakaiannya. Kini mas gagah bergaul dengan teman-teman rohisnya yang sering mengaji dan berbagi ilmu bersama kadang juga mengaji bersama di rumah mas gagah. Kebetulan pada malam itu teman perempuan di dunia model dulu datang ke rumah mas gagah dengan niatan ingin mengajak mas gagah untuk bekerja kembali di dunia model. Gita mencoba menjelaskan dengan temannya mas gagah bahwa mas Gagah sekarang bukanlah mas Gagah yang dulu. Tetapi temannya mas Gagah tidak percaya, kemudian Gita memanggil mas Gagah yang sedang berada di kamarnya. Gita kaget, ternyata kamar mas Gagah punya peraturan baru yaitu di depan pintunya bertuliskan “Sebelum masuk ketuk pintu dan ucapkan Salam”. Gita pun melakukan seperti kalimat perintah itu dan menyampaikan bahwa ada teman perempuannya mas gagah dulu sedang menunggu di ruang tamu. Mas gagah pun menemuinya dan bertanya sekedarnya saja. Saat teman perempuan mas gagah mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengannya, mas gagah dengan segera menyatukan kedua tangannya kedada seraya memberikan penghormatan atas ajakan berjabat tangan. Gita dan teman perempuan mas Gagah tersebut merasa bingung dan akhirnya dia percaya dengan perkataan Gita bahwa mas Gagah yang dulu telah berubah. Beberapa menit kemudian teman-teman mas Gagah datang ke rumah dengan tujuan mengaji bersama. Kemudian mas Gagah minta izin dengan ibu dan teman perempuannya itu untuk mengaji bersama dengan teman-temannya. Karena penasaran Gita menyusul mas Gagah dan bertanya kenapa dia tidak menerima ajakan teman perempuannya itu untuk berjabat tangan dengannya. Sebelum mas Gagah menjawab Gita tetap nyerocos dan protes dengan berbagai argumen yang dia miliki, dia banding-bandingkan dengan ustadz yang berada didekat rumahnya yang tidak menolak jika berjabat tangan dengan perempuan lain contohnya mamah kata Gita. Mas gagah pun mengajak Gita ke kamarnya dan mengambilkan sebuah buku tebal dan menyuruh Gita membaca isi buku tersebut yang berbunyi, “Demi Allah, Demi Allah, Demi Allah, beliau sama sekali tidak pernah menyentuh tangan seorang wanita pun. Beliau hanya membaiat para wanita dengan ucapan beliau. ‘Aisyah berkata, “Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tidaklah pernah menyentuh wanita sama sekali sebagaimana yang Allah perintahkan. Tangan beliau tidaklah pernah menyentuh tangan mereka. Ketika baiat, beliau hanya membaiat melalui ucapan dengan berkata, “Aku telah membaiat kalian.” (HR. Muslim no. 1866). Kemudian mas gagah menjelaskan bahwa sebaik-baik teladan yang kita contoh adalah Rasulullah saw, sedangkan ustadz kan juga masih manusia yang tidak terlepas dari khilaf dan salah.
Hari-hari Gita kini terasa sangat sepi karena mas gagahnya dulu yang sangat seru diajak ngobrol dan bercanda ria kini lebih sering duduk dan bersantai dengan sebuah buku bacaan tentang agama islam yang berukuran tebal. Walaupun terjadi perubahan pada diri mas gagah sebenarnya mas gagah sangatlah sayang dengan adik satu-satunya itu. Akan tetapi Gita sebagai adik yang sangat dekat dan akrab dengan mas Gagahnya itu tetap saja dia tidak menerima perubahan itu. Gita ingin tahu apa alasan mas Gagah sehingga bisa berubah drastis begitu. Akhirnya Gita memutuskan untuk pergi sekolah naik bus saja, dia tidak ingin diantar jemput oleh mas Gagahnya. Pengalaman pertama Gita naik bus, tiba-tiba ada seorang laki-laki muda yang naik dan memberikan salam kepada semua penumpang bus, setelah itu dia memberikan tausyiah. Begitu banyak para penumpang yang mencela perbuatan dakwah laki-laki itu dan termasuk Gita sendiri pernah mencelanya. Akhirnya tausyiahnya selesai dan dia mengakhirinya sengan salam dan ucapan terimakasih atas perhatian para penumpang bus. Banyak penumpang ingin memberikan uang kecilnya kepada si pemuda itu tetapi dia tidaklah mengharapkan uang tersebut, dia hanya meminta supir meminggirkan busnya, kemudian dia turun dari bus itu. Gita merasa heran dengan perbuatan pemuda itu dan dia berpikir pemuda itu ketularan sifatnya mas Gagah sekarang.
Keesokan harinya, saat pergi ke sekolah Gita naik bus lagi. Ternyata dia bertemu dengan pemuda itu lagi. Pemuda itu hanya bertausyiah ringan, menyindir dengan bahasa halus tetapi mengena di hati. Gita tidak sadar bahwa saat itu dia duduk bersebelahan dengan seorang pencopet, saat dia lengah pencopet itu mengambil handphone Gita yang berada di atas pangkuannya. Tetapi syukurnya handphone Gita berhasil diselamatkan karena si pemuda itu melihat dan memberitahu kepada para penumpang bus itu. Setelah itu si pencopet diadili saat itu juga. Ada rasa senang dan bersalah dalam hati Gita kepada si pemuda yang suka bertausyiah itu, tetapi dia tidak bisa berkata apa bahkan ucapan terimakasih pun belum sempat dia ucapkan. Gita merasa tidak tenang dan menceritakan tentang pemuda itu dengan sahabat-sahabatnya, tetapi dia hanya menceritakan sekedarnya saja karena Gita sendiri tidak tahu siapa nama pemuda itu. Besok harinya Gita bertemu pemuda itu lagi di dalam bus, dia mengamati setelah selesai tausyiah apa saja yang dilakukan pemuda itu. Tausyiah dalam bus itu pun berakhir dan seperti biasa dia meminta supir untuk meminggir dan menghentikan busnya. Dengan segera Gita turun dari pintu yang satunya untuk menyusul pemuda itu. Tetapi kelihatannya pemuda itu sangat terbur-buru. Gita memanggilnya mengucapkan terima kasih dan pemuda itu menerimanya. Tiba-tiba bus melintas di depan mereka berdua, pemuda itu menghentikannya. Gita belum sempat bertanya siapa namanya, sambil berteriak dia bertanya dan pemuda itu juga menjawabnya sambil berteriak sehingga nama yang disebutkan pemuda itu sebenarnya Yudistira atau panggilannya Yudi, Gita justru mendengarnya bukan itu, dia mendengarnya Fisabilillah. Entah angin apa yang membisikkan telinga Gita sehingga pendengarannya berbeda jauh dengan apa yang Yudi ucapkan. Setiba di sekolah Gita menceritakan dengan sahabat-sahabatnya bahwa pemuda yang sering bertausyiah itu adalah mas Fisabilillah. Sahabatnya pun tertawa terbahak-bahak karena mendengar nama yang unik yang Gita sebutkan. Diam-diam, sebelum tidur Gita mencari arti kata Fisabilillah di Google dan hasilnya justru foto-foto orang arab yang keluar. Tiba-tiba ibunya masuk, Gita kaget dan langsung menutup laptopnya dengan perasaan malu-malu.
Nah, dari sikap Gita apakah pintu hidayah yang mas Gagah harapkan sekarang sudah menyentuh hatinya? Di sekolah dia bertemu dengan salah satu sahabat dekatnya dulu yang pernah menjadi tempat curhatnya Gita saat awal perubahan mas Gagah. Sahabatnya itu kini telah berhijab dan mulai menasihati dirinya. Gita kini benar-benar dilema karena banyak orang terdekatnya mengalami perubahan. Ibu kandungnya pun kini sudah tersentuh hatinya saat dia ikut mas Gagah mengunjungi sebuah lingkungan kumuh tetapi mas Gagah dan teman-temannya berhasil membantu para preman pensiun itu membangun sebuah rumah taman belajar yang diberi nama “Rumah Cinta”. Disanalah ibunya Gita dan mas Gagah merasa terharu dan dia bertemu seorang ibu yang memberikannya sehelai jilbab. Hidayah Allah kini telah menjumpai ibu kandungnya mas Gagah dan Gita untuk berhijab. Dari pengakuan sang ibu apakah hati Gita juga tergugah untuk berhijab?
Gita kini telah berusia 17 tahun. Mas Gagah ingin memberikannya hadiah kejutan. Demi membujuk agar adiknya mau ikut jalan berduanya, mas Gagah berpakaian gaul kembali. Mas gagah ingin mengajaknya kesebuah pesta, Gita berpikir pesta tersebut seperti tempat hiburan dulu yang sering mereka kunjungi tetapi setiba di tempat tujuan ternyata itu merpakan pesta pernikahan. Gita merasa malu dan risih karena posisi laki-laki dan perempuan terpisah. Semua undangan yang hadir menggunakan pakaian muslim dan berhijab, Gita merasa dirinya seperti orang asing yang salah masuk ruangan. Berkali-kali dia merintih dan memohon dengan sangat agar mas Gagah mau diajak pulang, tetapi mas Gagah tidak mau. Gita pun masuk ruangan, dia mengamati semua orang yang ada  disekitarnya, tanpa sengaja dia menemukan sosok laki-laki yang dikenalnya yaitu mas Fisabilillah. Dibalik tirai pembatas antara laki-laki dan perempuan, diam-diam Gita mendengarkan pembicaraan mas Fisabilillah (Yudi) dengan seorang kiyai. Setelah menyimak, Gita baru tahu bahwa nama mas Fisabilillah itu adalah Yudi dan dia merupakan anak seorang kiyai yang juga memiliki sebuah perusahaan. Selama ini dalam benak Gita, Yudi hanyalah seorang pemuda yang nganggur tetapi ternyata dia memiliki sebuah perusahaan dan ayahnya menyerahkan perusahaan itu kepadanya. Gita merasa mendapatkan sebuah pengalaman baru dari seorang Yudi yang sangat sederhana dan dengan ikhlas berdakwah tetapi ternyata dia termasuk orang yang kaya. Tetapi karena rasa kesalnya dengan mas Gagahnya Gita menghiraukan masalah Yudi, Gita melewati tirai pembatas itu dengan tujuan ingin bicara dengan mas Gagah tetapi perbuatannya itu memicu keributan diacara itu sehingga membuat mas Gagah merasa malu. Lantas dengan rasa marah dan kesal mas Gagah langsung mengajak adiknya untuk pulang ke rumah. Gita pun juga sangat kesal dengan mas Gagah. Keesokan harinya Gita dan Mas Gagah saling diam tanpa menyapa. Mas Gagah mengirimkan sms kepada Gita untuk meminta maaf. Berhubung perasaan Gita masih tidak karuan, sms tersebut dibiarkan saja. Melihat keadaan adiknya yang masih kesal dan menyendiri di depan kolam. Mas Gagah membiarkan adiknya untuk tenang dulu.
Kesuksesan “Rumah Cinta” yang dibangun oleh mas Gagah dan teman-temannya bersama dengan preman pensiun itu semakin ramai dan seru. Kebahagiaan terpancar pada wajah anak-anak, akan tetapi dari sebuah kesuksesan dan kebahagian tak selamanya disenangi orang. Preman kampung sebelah mulai mengancam untuk membakar “Rumah Cinta” tersebut. Lantas, Bagaimana perjuangan mas Gagah, teman-temannya dan para preman pensiun itu menghadapi ancaman dari amarah preman kampung sebelah? Apa yang terjadi dengan mas Gagah? dan Apakah Gita akan mendapatkan hidayah Allah untuk menggunakan hijab?. Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut yuk kita saksikan Film KMGP 2 di Bioskop kesayangan Anda.

Bioskop XXI Duta Mall Banjarmasin